Jumat, 15 Mei 2009

Khasanah Pemikiran Ali-Syari'ati


Pembicara : Paryanto Rohma
Pelaksanaan materi : 7 Maret 2009

Deskripsi Materi
Pemikiran Ali-syariati menjadi bagian terpenting untuk menjadi literatur pemikiran-pemikiran ilmiah. Pengalaman tradisi, sejarah dan realitas untuk membangun sebuah kesadaran pemikiran ke-Islam-an yang berkesadaran secara teoritik praksis melalui pemikiran Ali-Syariati.

Banyaknya para intelektual dalam melakukan pembacaan terhadap suatu realitas keilmuan menentukan suatu variabel proses perkembangan tentang keilmuan dan proses kategorisasi terhadap masyarakat tersebut melalui kerangka pemikiran tradisi barat. Artinya, perkembangan suatu masyarakat intelektual ditentukan oleh kerangka ilmu dan direfleksikan dalam bangunan sebuah teori.

Teori-teori modernisme misalnya, dalam sejarah perkembangannya dewasa ini berperan sebagai alat analisa realitas sosial yang mempengaruhi mind set kita tentang tradisi, perubahan sosial dan kondisi sosiologis masyarakat. Penggunaan ilmu yang dipaksakan terhadap basis material yang berbeda menyebabkan disorientasi kerangka pengetahuan. Sehingga persoalan mendasar sebuah realitas sosial tidak ditemukan karena kita hanya menjelaskan fenomena dengan kerangka teori yang bersifat distortif. Terkhusus bagi kader-kader Muhammadiyah yang tidak bisa lepas dari pemikiran founding fathernya yaitu KH. Ahmad Dahlan yang telah melahirkan pemikiran mengenai umat islam khusunya di Indonesia. Sehingga Muhammadiyah dapat diterima oleh masyarakat luas dan menjadi organisasi yang memiliki kader-kader yang dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi terciptanya masyarakat yang amanah dalam kemandirian.

Pemikir Islam seperti tokoh Ali-Syariati menjadi sebuah landasan bagi terciptanya intelektual yang lahir dari Islam, suatu landasan untuk membangun sistem pengetahuan yang berangkat dari sosiologis yang teraplikasi secara praksis dalam melihat realitas sosial dengan ditinjau melalui kerangka filosofis pemikiran Ali-Syariati.

• Peserta memahami sejarah pemikiran Ali-Syariati
• Peserta memahami kerangka filosofis pemikiran Ali-Syariati.
• Peserta mampu mengenal pemikiran Ali-Syariati dalam melihat pandangan dunia.

Materi Teologi Al-Ma'un (K.H Ahmad Dahlan)

Pembicara : Dr. A.Munir Mulkan SU (Guru Besar UIN)
Pada Tanggal : 28 Februari 2009

Teologi Al-Maun
Q.s Al-Maa’un : 107, ayat 1-7


1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. Orang-orang yang berbuat riya [1603],
7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna [1604].

[1603] Riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat.
[1604] Sebagian mufassirin mengartikan: enggan membayar zakat.

Materi pembahasan dalam sekolah alternatif Madrasah Intelektual Muhammadiyah

Deskripsi
Krisis kerangka ke-ilmu yang terjadi sekarang ini tampaknya merupakan fenomena keterputusan pengetahuan terhadap bangunan dasar ke-Tahuid-an dengan akar tradisi masyarakat. Dapat dilihat produksi ilmu-ilmu pengetahuan yang ada saat ini lahir dari konteks masyarakat barat dengan karakter spesifiknya keilmuan yang khas. Sebuah kesalahan ketika ke-Tauhid-an dilepaskan dari pengalaman tradisi, sejarah dan realitas konkret kehidupan masyarakat intelektual khususnya dalam pembanguna krangka berfikir. Karena bagaimana pun juga, keilmuan harus dilandasi oleh nilai-nilai tentang ke-Tuhan-an dan terkait dengan cara menghubungkan fakta obyektif masyarakat untuk menjadi alat analisa bagi perkembangan ilmu dewasa ini. Muhammadiyah memiliki itu semua. Pengalaman tradisi, sejarah dan realitas untuk membangun sebuah kesadaran ber-Muhammadiyah yang berkesadaran secara teoritik praksis melalui teologi Al-Ma’unnya.

Banyaknya para intelektual dalam melakukan pembacaan terhadap suatu realitas keilmuan menentukan suatu variabel proses perkembangan tentang keilmuan dan proses kategorisasi terhadap masyarakat tersebut melalui kerangka pemikiran tradisi barat. Artinya, perkembangan suatu masyarakat intelektual ditentukan oleh kerangka ilmu dan direfleksikan dalam bangunan sebuah teori.

Teori-teori modernisme misalnya, dalam rezim orde baru, berperan sebagai alat analisa realitas sosial yang mempengaruhi mind set kita tentang tradisi, perubahan sosial dan kondisi sosiologis masyarakat. Penggunaan ilmu yang dipaksakan terhadap basis material yang berbeda menyebabkan disorientasi kerangka pengetahuan. Sehingga persoalan mendasar sebuah realitas sosial tidak ditemukan karena kita hanya menjelaskan fenomena dengan kerangka teori yang bersifat distortif. Terkhusus bagi kader-kader Muhammadiyah yang tidak bisa lepas dari pemikiran founding fathernya yaitu KH. Ahmad Dahlan yang telah melahirkan pemikiran mengenai umat islam khusunya di Indonesia. Sehingga Muhammadiyah dapat diterima oleh masyarakat luas dan menjadi organisasi yang memiliki kader-kader yang dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi terciptanya masyarakat yang amanah dalam kemandirian.

Pemikiran KH. Ahmad Dahlan khususnya teologi Al-Ma’un menjadi sebuah landasan bagi terciptanya intelektual yang lahir dari Muhammadiyah, suatu landasan untuk membangun sistem pengetahuan yang berangkat dari ke-Tauhid-an dalam melihat realitas sosial dengan ditinjau melalui kerangka filosofis teologi Al-Ma’un.

• Peserta memahami kerangka filosofis Teologi Al-Ma’un K.H. Ahmad Dahlan.
• Peserta mampu mengenal Teologi Al-Ma’un K.H. Ahmad Dahlan.

Materi Filsafat Islam

Pembicara : Ust. Safwan

Tanggal Pelaksanaan : 7 Februari 2009

Krisis kerangka ke-ilmu yang terjadi sekarang ini tampaknya merupakan fenomena keterputusan pengetahuan terhadap bangunan dasar ketahuidan dengan akar tradisi masyarakat. Dapat dilihat produksi ilmu-ilmu pengetahuan yang ada saat ini lahir dari konteks masyarakat barat dengan karakter spesifiknya keilmuan yang khas. Sebuah kesalahan ketika ketauhidan dilepaskan dari pengalaman tradisi, sejarah dan realitas konkret kehidupan masyarakat intelektual khususnya dalam pembanguna krangka berfikir. Karena bagaimana pun juga, keilmuan harus dilandasi oleh nilai-nilai tentang ketuhanan dan terkait dengan cara menghubungkan fakta obyektif masyarakat untuk menjadi alat analisa bagi perkembangan ilmu dewasa ini.

Banyaknya para intelektual dalam melakukan pembacaan terhadap suatu realitas keilmuan menentukan suatu variabel proses perkembangan tentang keilmuan dan proses kategorisasi terhadap masyarakat tersebut melalui kerangka pemikiran tradisi barat. Artinya, perkembangan suatu masyarakat intelektual ditentukan oleh kerangka ilmu dan direfleksikan dalam bangunan sebuah teori.

Teori-teori modernisme misalnya, dalam rezim orde baru, berperan sebagai alat analisa realitas sosial yang mempengaruhi mind set kita tentang tradisi, perubahan sosial dan kondisi sosiologis masyarakat. Penggunaan ilmu yang dipaksakan terhadap basis material yang berbeda menyebabkan disorientasi kerangka pengetahuan. Sehingga persoalan mendasar sebuah realitas sosial tidak ditemukan karena kita hanya menjelaskan fenomena dengan kerangka teori yang bersifat distortif. Dengan bangunan modernitas sekarang ini, sering sekali intelektual muslim melihat realitas social dengan berangkat dari pemikiran-pemikiran Filsafat Barat yang berangkat dari basis materialis.

Filsafat Wujud adalah landasan bagi terciptanya gerakan sosial, suatu landasan untuk membangun sistem pengetahuan yang berangkat dari ke-tauhidan dalam melihat realitas sosial dengan ditinjau melalui kerangka filosofis tentang ketuhanan. Bagaimana filsafat wujud menjadi langkah awal dalam membentuk kerangka berfikir? Dan bagaimana hubungan antara Filsafat wujud dengan realitas sosial dan menjadi kerangak filosofis yang menggerakan perubahan sosial?

· Peserta paham mengenai pengertian filsafat wujud.

· Peserta mampu menjadikan filsafat wujud sebagai kerangka berfikir.

Rabu, 11 Februari 2009

Surat Untuk Sahabat MIM

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. {al-imran (3) : 110}

Sahabat, ayat diatas merupakan seruan ALLah kepada kita untuk menjadi orang yang terbaik dan terus menyuarakan tentang kebenaran. Selain itu sahabat, Bahwa kita adalah umat yang dipilih untuk menyerukan kebaikan dan kebenaran. Yang akan menjadi pertanyaan kita adalah, bagaimana untuk mencapai umat yang terbaik secara kemapanan pengetahuan? Dan melalui apa makhluk yang terbaik itu akan tercipta? Ini merupakan pertanyaan yang harus dicari jawabannya, sahabat.

Untuk itu sahabat, kita perlu harus kembali untuk memiliki ruang-ruang ilmiah, untuk kita berdialektika, untuk kita mencari pemahaman dan untuk menambah keilmuan kita sehingga kita dapat mencapai makhluk yang terbaik itu. Sahabat, sudah tidak terasa sekian lama kita tidak berjumpa bersama dalam ruang-ruang ilmiah. Kita merasakan kehilangan ruang-ruang itu untuk berdiskusi bersama, menambah pengalaman bersama dan menambah pengetahuan bersama dalam bidang keilmuan. Sudah tidak terasa kebersamaan itu tidak hadir ditengah-tengah pergaulan kita selama ini. Maka sayang jika pengalaman itu hanya sebatas kerinduan saja akan tetapi harus dapat di lahirkan kembali dalam arus sejarah kehidupan pergaulan ilmiah kita.

Untuk itu sahabat, MIM (Madrasah Intelektual Muhammadiyah) akan hadir di tengah-tengah kita, disana kita dapat bersanda guarau, kita dapat berdiskusi bersama dan kita dapat secara bersama mendapatkan pengetahuan kembali melalui materi-materi yang telah disusun oleh sahabat-sahabat kita. Disana nantinya berbagai macam pengetahuan ada dan kita dapat mengaktualisasikan diri untuk menambah pemahaman kita mengenai teori-teori yang sedang berkembang sekarang ini.
Sahabat, Insya allah, MIM (madrasah intelektual muhammadiyah) akan kembali hadir ditengah-tengah pergaulan intelektualitas kita